Kejatuhan
Konstantinopel (Bahasa Turki: İstanbul'un Fethi ) adalah penaklukan ibu kota Kekaisaran Romawi Timur, yang terjadi
setelah pengepungan sebelumnya,
di bawah komando Sultan
Utsmaniyah yang berumur 21 tahun,
yaitu Muhammad al-Fatih, melawan
tentara bertahan yang dikomandoi oleh Kaisar
Bizantium Konstantinus XI.
Pengepungan berlangsung dari Jumat, 6
April 1453 - Selasa, 29 Mei 1453 (berdasarkan Kalender Julian), ketika kota itu
ditaklukkan oleh Utsmaniyah.
Penaklukan
Konstantinopel (dan dua wilayah pecahan lainnya segera setelah itu Bizantium)
menandai berakhirnya Kekaisaran
Romawi, sebuah negara yang telah berlangsung selama hampir 1.500 tahun, itu
juga merupakan pukulan besar untuk Kristen. Intelektual Yunani dan non-Yunani
Beberapa meninggalkan kota sebelum dan sesudah pengepungan, migrasi terutama ke
Italia. Dikatakan bahwa mereka membantu penanda dimulainya Renaisans. Itu juga merupakan beberapa
tanda akhir Abad Pertengahan oleh jatuhnya kota dan kekaisaran.
Pergantian kekuasaan dari Kekaisaran Romawi Timur kepada Kesultanan Utsmaniyah ini menyebabkan jalur perdagangan antara Eropa dan Asia Barat di Laut Tengah terputus. Orang-orang Eropa tidak lagi datang ke Konstantinopel dan Venesia yang merupakan pelabuhan transit dalam perdagangan antara Asia dan Eropa. Suplai rempah-rempah untuk dunia Kristen yang dulunya bisa didapatkan di Konstantinopel tidak tersedia lagi karena konflik antar agama Kristen dan Islam. Para pedagang terpaksa mencari jalur lain ke sumber rempah-rempah dan hal tersebut membawa bangsa Eropa ke kepulauan Nusantara yang pada akhirnya membuat bangsa Belanda menjajah Nusantara selama 350 tahun lamanya.
Kemunduran
perdagangan di Laut Tengah juga berdampak terhadap perekonomian. Wilayah di
sekitar Laut Tengah yang semula ramai dikunjungi para pedagang dari timur yang
membawa rempah-rempah jadi sepi. Hal ini menyebabkan keguncangan perekonomian
di sekitar Laut Tengah (Mediterania).
Ilustrasi Penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Al-Fatih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar